Sebut saja dia “Andrian”.
Seorang laki-laki bertubuh tinggi, murah senyum, baik hati, dan penuh
perjuangan. Ku tulis ini untuk mengenangnya, mengenang dia yang telah tenang
bersama Tuhan. Andrian adalah Kaka kelasku di SMK, kita beda jurusan dan kita
kenal tanpa sengaja. Saat itu aku sedang dekat dengan sahabatnya begitu pula
dia yang juga sedang dekat dengan teman sekelasku. Tidak ada yang salah semua
berjalan dengan lancar, seiring berjalannya waktu terjalinlah tali persahabatan.
Setiap malam kita selalu berkomunikasi via suara menceritakan setiap kejadian
yang terjadi di sekolah pada hari itu.
Namun semakin hari aku
merasa ada sesuatu hal yang tidak biasa, hanya prasangka dan aku selalu mencoba
mempungkirinya. Tapi ternyata semua terbukti dengan benar, dia menaruh rasa dan
harapan. Entah apa yang ada didalam pikirannya, ia mengungkapkan bahwa dia
tidak mampu menyembunyikan rasa kagum terhadap ku. Saat itu aku hanya tersenyum
sambil meyakinkannya bahwa aku sudah menganggap dia seperti Kaka ku sendiri.
Pernyataan tersebut pun tidak digubrisnya, ia tetap berusaha memperjuangkan ku
dengan berbagai cara.
Jarak rumah ku ke sekolah
memerlukan waktu 20 menit, sedangkan ia hanya memerlukan 3 menit untuk sampai
ke sekolah. Cinta memang membutakan jarak, buktinya dia rela setiap hari mengantar
jemputku ke Sekolah. Keberadaan dia memang selalu membuat ku nyaman. Aku
menjadi tranding topic dikalangan kaka kelas terutama dikelas dia. Banyak yang
menyangka kami berpacaran, sampai banyak paparazi yang ngumpet dibawah pohon
untuk memastikan jika aku pulang bersama dia.
Makin hari kegiatan ku
disekolah menjadi terbatas, ingin ke kantin saja nunggu kantin sepi. Soalnya
bakal risih kalo diciyein sama teman-temannya dia. Hingga akhirnya aku memutuskan,
kita tidak perlu komunikasi disekolah kalo diluar sekolah ayok sambil jalan.
Dia pun setuju karena dia emang orangnya pengertian. Di sekolah kami seperti
tidak kenal tapi jika di luar kami sangat akrab, semacam drama gitu biar hidup
ku lebih tenang saat disekolah.
Biasanya kami jalan itu
cari makan, yang bikin lama itu muter dijalan karena asik aja curhat dijalan
sambil menikmati angin malam. Kalo udah laper baru mampir, terus lanjut sesi
curhat jalan lagi. Waktu terasa sangat singkat, tidak lupa sebelum sampai rumah
dia selalu mampir beli Roti Bandung buat ngasih ibu dan bapak. Pernah terbesit,
ini orang belum jadi pacar aja udah gini gimana kalo udah jadian?
Dia selalu memberikan
yang terbaik, apa yang perlukan, apa yang ku inginkan, selalu ia penuhi.
Rasanya ingin sekali menghargai perjuangannya, namun hati begitu bertentangan
ketika jiwa telah menyayanginya seperti keluarga. Rasanya berat melompat
berpindah hasrat untuk mencinta. Namun ia tak pernah lelah, selama 8 bulan dia
melakukan kebaikan yang sia-sia bersamaku tanpa ada hasil yang ia harapkan.
Hingga pada puncaknya,
aku menyakitinya. Saat itu aku berulang tahun ke-17, dimana umur ini lah yang
ditunggu-tunggu para remaja. Sejujurnya aku tengah dekat dengan seseorang namun
aku tidak begitu berharap untuk bersamanya. Kita memang tidak tau kejutan itu
datangnya kapan, Tapinya nyatanya orang itu datang saat sore hari. Dia
membawakan ku Kue dan setangkai Mawar Pink, saat itu juga dia menyatakan
perasaannya.
Karena tidak nyaman
dengan suasana, aku menerimanya meskipun sebenarnya aku juga punya rasa. Saat
itu juga kami berpacaran, namun aku melupakan sesuatu. Ketika malam tiba, ada
seorang wanita datang kerumah membawa Kue Domo dan Setangkai Mawar Merah yang
sangat mekar. Ternyata itu dari Andrian, namun ia sama sekali tidak terlihat.
Ternyata dia bersembunyi. Hingga pada akhirnya Ibu yang menyuruh dia untuk
mampir ke Rumah.
Saat itu aku menjadi
orang yang sangat bingung dan serba salah, tidak tahu harus berkata apa karena
secara tidak langsung aku telah menyakitinya. Teman wanitanya mengatakan bahwa
sebenarnya ia ingin membuang Kue dan Mawar itu karena kecewa, tapi setelah
diberi pencerahan ia tetap memberikan itu kepadaku. Bahkan pemberian dia lebih
bagus dibanding pacarku.
Sebenarnya aku
mengharapkan ia datang lebih awal, namun mungkin tidak berjodoh saat itu.
Setelah kejadian itu, ia berhenti berjuang. Namun iya tetap menjadi sahabat
terbaik ku, saat aku berduka kehilangan keluargaku pun, ia datang seorang diri
dan ikut sholat. Sepertinya aku hanya punya satu sahabat yaitu dia. Karena aku
tidak melihat yang lain datang saat ku berduka. Dia lah sosok yang tak pernah
membuat hatiku kecewa. Meskipun aku sering mengecewakannya.
Dari tahun ke tahun,
tidak terasa umur kami sudah 20 tahun. Kami terpisah, karena berbeda
Universitas. Jika ada waktu senggang kami berjumpa meskipun tidak sesering
dulu. Namun karena kegiatan membuat kita hilang komunikasi dan terakhir pesan
yang dia ucapkan “Cantik, Kapan ketemu?” dengan segera aku merespon cepat tapi
nyatanya pesan itu tidak dia balas.
Berbulan-bulan dia tidak
memberiku kabar, ya mungkin kesibukan dan mungkin aku memang bukan
siapa-siapanya melainkan hanya sebatas teman. Tetapi suatu malam ada kabar
mengejutkan yang ku dapatkan dari Insta Story meliat dia terbaring lemah tak
berdaya dan tak sadarkan diri, dia memang banyak mempunyai teman sehingga
Instagram ku dipenuhi kesedihan.
Aku sempat mengirimkannya
pesan saat itu masih pagi, aku memberinya semangat untuk terus berjuang melawan
penyakitnya sebab aku tahu dia itu orangnya penuh perjuangan dan pasti bisa
menghadapi semuanya. Saat itu air mataku tak terbendung mengetahui kabar ini,
dengan segera aku menanyakan salah satu temannya untuk mengetahui ruangan
dimana dia berada.
Malam telah tiba, aku
sudah siap untuk pergi ke Rumah Sakit saat itu aku bersama sahabat ku. Namun
mengetahui keberadaannya di Ruang Isolasi, mengurungkan niat kami. Karena itu
bukan ruangan bebas besuk, dengan berat hati kami tidak jadi menjenguknya.
Setelah makan dengan sahabat aku langsung pulang kerumah, sambil duduk aku
membuka Insta Story teman ku yang juga temannya.
Ternyata, dia sudah tidak
sakit lagi melainkan sembuh atas izin Allah dan ia dibiarkan untuk istirahat
selamanya. Mengetahui hal ini, aku sangat menyesal karena tidak sempat membuatnya
bahagia. Namun aku merasa lega, karena dia tidak lagi menyandang penyakit yang
telah dideritanya. Karena aku tahu, sayang Allah ke Andrian lebih besar
dibanding rasa sayang orang yang mengenalnya di Dunia.
Terima kasih, Andrian.
Kehadiranmu merangkai kisah indah dimana aku merasa menjadi seorang remaja yang
sangat beruntung berada didekatmu meskipun aku tidak pernah menghargai setiap
usaha darimu. Sosokmu sangat berarti dan tak pernah ku lupakan. Pada nyatanya kita baru menyadari suatu hal yang begitu berharga ketika kita telah merasa kehilangan.
4 Comments
Ada ada aja ,sampai meolah blog
ReplyDeleteSekira apa tdih mba
Cerita hidup pernuh warna 😄
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteKurang baik perempuan keluar rumah di waktu malam
ReplyDeleteDan beberapa hari yang lalu blogger gagal move on sudah menikah.
Mungkin Anda bisa melanjutkan perjuangan nya.